Istanbul.
Pada tahun 1930, Kota Konstantinopel secara resmi mengubah namanya Istanbul. Perubahan ini menandai momen yang signifikan Sejarah Turki dan melambangkan transisi negara dari sisa-sisa Kekaisaran Ottoman ke negara-bangsa sekuler modern di bawah kepemimpinan Mustafa Kemal Atatürk.
Nama “Konstantinopel” telah digunakan selama berabad-abad, berasal dari tahun 330 M ketika Kaisar Romawi Konstantin Great mendirikan kembali kota kuno Byzantium dan menamainya sendiri. Sebagai ibu kota Kekaisaran Bizantium dan kemudian Kekaisaran Ottoman, Konstantinopel menjadi salah satu pusat budaya, politik, dan ekonomi yang paling penting di dunia.
Setelah jatuhnya Kekaisaran Ottoman setelah Perang Dunia I, Turki menjalani reformasi besar. Salah satu elemen kunci dari visi Atatürk adalah melepaskan diri dari masa lalu Ottoman dan kekaisaran dan merangkul identitas nasional yang modern dan bersatu. Bagian dari upaya ini termasuk mengubah nama tempat untuk mencerminkan bahasa dan budaya Turki. Meskipun “Istanbul” telah digunakan secara informal selama berabad -abad di antara populasi Turki setempat, terutama sebagai kontraksi sehari -hari dari frasa Yunani “EIS sepuluh polin” (yang berarti “ke kota”), tidak sampai 28 Maret 1930, pemerintah Turki secara resmi mengadopsi “Istanbul” sebagai nama kota.
Pada saat yang sama, undang -undang layanan pos Turki mengharuskan semua koresponden dan bisnis asing untuk menggunakan nama Turki “Istanbul” dalam komunikasi mereka. Ini memperkuat identitas nasional baru dan membantu menyatukan referensi internasional ke kota. Pembenaran Konstantinopel ke Istanbul tidak hanya mencerminkan perubahan dalam nomenklatur tetapi juga perubahan budaya dan politik yang lebih luas dalam upaya modernisasi Turki.